Rabu, 09 November 2016

Nikmat Dibalik Derita Dr Yasovie

depotqq.com…..Dalam sebuah seminar sehari di hall Hotel Hilton International di Jakarta, tampak seorang perempuan paruh baya berwajah manis sedang membacakan sebuah makalah tentang peranan perempuan modern dalam kehidupan rumah tangga keluarga bekerja. Dgn tenang ia membaca makalah itu sambil sesekali membuat lelucon yg tak ayal membuat para peserta seminar itu tersenyum riuh. Permasalahan yg sedang dibahas dalam seminar itu menygkut perihal mengatasi problem perselingkuhan para suami yg selama ini memang menjadi topik hangat baik di forum resmi ataupun tidak resmi
Beberapa peserta seminar yg terdiri dari perempuan karir, ibu-ibu rumah tangga dan para pelajar perempuan itu tampak serius mengikuti jalannya seminar yg diwarnai oleh perdebatan antara pakar sosiologi keluarga yg sengaja diundang untuk menjadi pembicara. Hadir juga beberapa orang wartawan yg meliput jalannya seminar sambil ikut sesekali mengajukan pertanyaan ke arah peserta dan pembicara. Suasana riuh ketika perempuan pembicara itu bercerita tentang seorang temannya yg bersuamikan seorang lelaki mata keranjang doyan main perempuan. Berbagai pendapat keluar dalam perdebatan yg diarahkan oleh moderator.
Diakhir sesi pertama ketika para peserta mengambil waktu istirahat selama tiga puluh menit, tampak perempuan pembicara itu keluar ruangan Dgn langkah cepat seperti menahan sesuatu. Ia berjalan Dgn cepat menuju toilet di samping hall tempat seminar. Tetapi ketika melewati lorong menuju tempat itu ia tak sadar menabrak seseorang, akibatnya ia langsung terhenyak.
“Oh, maaf, saya tidak melihat anda, maaf ya?”, seru perempuan itu pada orang yg ditabraknya, tetapi orang itu seperti tidak mengacuhkan.
“Oke”, sahut lelaki muda berdasi itu lembut dan berlalu masuk ke dalam toilet lelaki.
Perempuan itupun bergegas ke arah toilet perempuan yg pintunya berdampingan Dgn pintu toilet lelaki. Beberapa waktu lamanya perempuan itu di sana lalu tampak lelaki itu keluar dari toilet dan langsung menuju ke depan cermin besar dan mencuci tangannya. Kemudian perempuan tadi muncul dan menuju ke tempat yg sama, keduanya seketika saling melirik. “Hai”, tegur lelaki itu kini mendahului.
“Halo, anda peserta seminar?”, tanya si perempuan.
“Oh, bukan. Saya bekerja di sini, maksud saya di hotel ini”, jawab lelaki itu.
“Oh, kalau begitu kebetulan, saya rasa setelah seminar ini saya akan kontak lagi Dgn manajemen hotel ini untuk mengundang sejumlah pakar dari Amerika untuk seminar masalah kesehatan ibu dan anak. Ini kartu namaku”, kata perempuan itu sambil mengulurkan tangannya pada lelaki itu. Lelaki itu mengambil secarik kertas dari dompetnya dan menyerahkannya pada perempuan itu.
“Dokter Yasovie Pujiastuti, oh ternyata Ibu ini pakar ilmu kEdwartkteran ibu dan anak yg terkenal itu, maaf saya baru pertama kali melihat Ibu. Sebenarnya saya banyak membaca tulisan-tulisan Ibu yg kontroversial itu, saya sangat mengagumi Ibu”, mendadak lelaki itu menjadi sangat hormat.
“Ah kamu, jangan terlalu berlebihan memuji aku, dan kamu, hmm, Edwart Prasetya, wakil General Manager Hilton International Jakarta. Kamu juga hebat, manajer muda”, seru perempuan itu sambil menjabat tangan lelaki muda bernama Edwart itu kemudian.
“Kalau begitu saya akan kontak anda mengenai masalah akomodasi dan acara seminar yg akan datang, senang bertemu anda, Edwart”, seru perempuan itu sambil kemudian berlalu.
“Baik, Bu dokter”, jawab sahut lelaki itu dan membiarkan perempuan paruh baya itu berlalu dari ruangan di mana mereka berbicara.
Sejenak kemudian lelaki muda itu masih tampak memandangi kartu nama dokter perempuan itu, ia seperti sedang mengamati sesuatu yg aneh.
“Bukankah dokter itu cantik sekali?”, ia berkata dalam hati.
“Oh aku benar-benar tak tahu kalau ia dokter yg sering menjadi perhatian publik, begitu tampak cantik di mataku, walaupun sudah separuh baya, ia masih tampak cantik”, benaknya berbicara sendiri.
“Ah kenapa itu yg aku pikirkan?”, serunya kemudian sambil berlalu dari ruangan itu.
Sementara itu di sebuah rumah kawasan elit Menteng Jakarta pusat tampak sebuah mobil memasuki halaman luas rumah itu. Perempuan paruh baya bernama dokter Yasovie itu turun dari sedan Mercy hitam dan langsung memasuki rumahnya. Wajah manis perempuan paruh baya itu tampaknya menyimpan sebuah rasa kesal dalam hati. Sudah seminggu lamanya suami perempuan itu belum pulang dari perjalanan bisnis keluar negeri. Sudah seminggu pula ia didera isu dari rekan sejawat suaminya tentang tingkah laku para pejabat dan pengusaha kalangan atas yg selalu memanfaatkan alasan perjalanan bisnis untuk mencari kepuasan birahi di luar rumah alias perselingkuhan.
Perempuan itu menghempaskan badannya ke tempat tidur empuk dalam ruangan luas itu. Ditekannya remote TELEVISI dan melihat program berita malam yg sedang dibacakan penyiar. Tetapi tak berselang lama setelah itu dilihatnya di TELEVISI itu seorang lelaki botak yg tak lain adalah suaminya sedang berada dalam sebuah pertemuan resmi antar pengusaha di Singapura. Tetapi yg membuat hati perempuan itu panas adalah ketika melihat suaminya merangkul seorang delegasi dagang Singapura yg masih muda dan cantik. Sejenak ia memandang tajam ke arah televisi besar itu lalu Dgn gemas ia membanting remote TELEVISI itu ke lantai setelah mematikan TELEVISI-nya.
“Ternyata apa yg digosipkan orang tentang suamiku benar terjadi, huh”, seru perempuan itu Dgn hati dongkol.
“bangsatt..!”, Teriaknya kemudian sambil meraih sebuah bantal guling dan menutupi mukanya.
Tak seorangpun mendengar teriakan itu karena rumah besar itu dilengkapi peredam suara pada dindingnya, sehingga empat orang pembantu di rumah itu sama sekali tidak mengetahui kalau sang nyonya mereka sedang marah dan kesal. Ia menangis sejadi-jadinya, bayg-bayg suaminya yg berkencan Dgn perempuan muda dan cantik itu terus menghantui pikirannya. Hatinya semakin panas sampai ia tak sanggup menahan air matanya yg kini menetes di pipi.
Tiga puluh menit ia menangis sejadi-jadinya, dipeluknya bantal guling itu Dgn penuh rasa kesal sampai kemudian ia jatuh tertidur akibat kelelahan. Tetapi tak seberapa lama ia terkulai tiba-tiba ia terhenyak dan kembali menangis. Rupanya baygan itu benar-benar merasuki pikirannya hingga dalam tidurnyapun ia masih membaygkan hal itu. Sejenak ia kemudian berdiri dan melangkah keluar kamar tidur itu menuju sebuah ruangan kecil di samping kamar tidurnya, ia menyalakan lampu dan langsung menuju tumpukan obat yg memenuhi sebagian ruangan yg mirip apotik keluarga. Disambarnya tas dokter yg ada di situ lalu membuka sebuah bungkusan pil penenang yg biasa diberikannya pada pasien yg panik. Ditelannya pil itu lalu meminum segelas air.
Beberapa ketika kemudian ia menjadi tenang kemudian ia menuju ke ruangan kerjanya yg tampak begitu lengkap. Di sana ia membuka beberapa buku, tetapi bebarapa lamanya kemudian perempuan itu kembali beranjak menuju kamar tidurnya. Wajahnya kini kembali cerah, seberkas senyuman terlihat dari bibirnya yg sensual. Ia duduk di depan meja rias Dgn cermin besar, hatinya terus berbicara.
“Masa sih aku harus mengalah terus, kalau bangsat itu bisa berselingkuh kenapa aku tidak”, benaknya sambil menatap dirinya sendiri di cermin itu. Satu-persatu di lepasnya kancing pakaian kerja yg sedari tadi belum dilepasnya itu, ia tersenyum melihat keindahan tubuhnya sendiri. Bagian atas tubuhnya yg dilapisi pakaian dalam putih berenda itu memang tampak sangat mempesona. Walaupun umurnya kini sudah mencapai empat puluh tahun, tetapi tubuh itu jelas akan membuat lelaki tergiur untuk menyentuhnya.
Kini ia mulai melepaskan pakaian dalam itu hingga bagian atas tubuhnya kini terbuka dan hanya dilapisi BREAST HOLDER. Perlahan ia berdiri dan memutar seperti memamerkan tubuhnya yg bahenol itu. Payudaranya yg besar dan tampak menantang itu diremasnya sendiri sambil mendongak membaygkan dirinya sedang bercinta Dgn seorang lelaki. Kulitnya yg putih mulus dan bersih itu tampak tak kalah mempesonakan.
“Kalau bangsat itu bisa mendapat perempuan muda belia, kurasa tubuh dan wajahku lebih dari cukup untuk memikat lelaki muda”, gumamnya lagi.
“Akan kumulai sekarang juga, tapi..”, tiba-tiba pikirannya terhenti.
“Selama ini aku tak pernah mengenal dunia itu, siapakah yg akan kucari? hmm..”.
Tangannya meraih tas kerja di atas mejanyanya, dibongkarnya isi tas itu dan menemukan beberapa kartu nama, sejenak ia memperhatikannya.

Dokter Felix, lelaki ini doyan nyeleweng tapi apa aku bisa meraih kepuasan darinya? Lelaki itu lebih tua dariku”, katanya dalam hati sambil menyisihkan kartu nama rekan dokternya itu.
“Basuki Hermawan, ah, pejabat pajak yg korup, aku jijik pada orang seperti ini”, ia merobek kartu nama itu.
“Oh ya, lelaki muda itu, yah, lelaki muda itu, siapakah namanya, Dodi?.., oh bukan. Doni?.., oh bukan juga, ah di mana sih aku taruh kartu namanya..”, ia sibuk mencari, sampai-sampai semua isi tak kerja itu dikeluarkannya tetapi belum juga ia temukan.
“Bangsat! Aku lupa di mana menaruhnya”, sejenak ia berhenti mencari dan berpikir keras untuk mencoba mengingat di mana kartu nama lelaki muda gagah berumur dua puluh limaan itu. Ia begitu menyukai wajah lelaki muda yg tampak polos dan cerdas itu. Ia sudah terbayg betapa bahagianya jika lelaki muda itu mau diajak berselingkuh.
“Ahaa! Ketemu juga kau!”, katanya setengah berteriak ketika melihat kartu nama Dgn logo Hilton International. Ia beranjak berdiri dan meraih hand phone, sejenak kemudian ia sudah tampak berbicara.
“Halo, Dgn Edwart, maaf Bapak Edwart?”.
“Ya benar, saya Edwart tapi bukan Bapak Edwart, anda siapa”, terdengar suara ramah di seberang.
“Ah maaf, Edwart, saya Dokter Yasovie, kamu masih ingat? Kita ketemu di Rest Room hotel Hilton International tadi siang”.
“Oooh, Bu dokter, tentu dong saya ingat. Masa sih saya lupa sama Bu dokter idola saya yg cantik”.
“Eh kamu bisa saja, Edwart”.
“Gimana Bu, ada yg bisa saya bantu?”, tanya Edwart beberapa ketika setelah itu.
“Aku ingin membicarakan tentang seminar minggu depan untuk mempersiapkan akomodasinya, untuk itu sepertinya kita perlu berbicara”.
“No problem, Bu. Kapan ibu ada waktu”.
“Lho kok jadi nanya aku, ya kapan kamu luang aja dong”.
“Nggak apa-apa Bu, untuk orang seperti ibu saya selalu siap, gimana kalau besok kita makan siang bersama”.
“Hmm, rasanya aku besok ada operasi di rumah sakit. Gimana kalau sekarang saja, kita makan malam”.
“Wah kebetulan Bu, saya memang lagi lapar. baiklah kalau begitu, saya jemput ibu”.
“Oohh nggak usah, biar ibu saja yg jemput kamu, kamu di mana?”.
“wah jadi ngerepotin dong, tapi oke-lah. Saya tunggu saja di Resto Hilton, okay?”.
“Baik kalau begitu dalam sepuluh menit saya datang”, kata perempuan itu mengakhiri percakapannya.
Lalu Dgn tergesa-gesa ia mengganti pakaian yg dikenakannya Dgn gaun terusan Dgn belahan di tengah dada. Dgn gesit ia merias wajah dan tubuh yg masih tampak menawan itu hingga tak seberapa lama kemudian ia sudah tampak anggun.
“Mbok..!”, ia berteriak memanggil pembantu.
“Dalem, Nyaah!”, sahut seorang yg tiba-tiba muncul dari arah dapur.
“Malam ini ibu ndak makan di rumah, nanti kalau tuan nelpon bilang saja ibu ada operasi di rumah sakit”.
“Baik, Nonyyaah..”, sahut pembantunya mengangguk.
Sang dokter itupun berlalu meninggalkan rumahnya tanpa diantar oleh sopir.
Kini sang dokter telah tampak menyantap hidangan makan malam itu bersama lelaki muda tampan bernama Edwart yg berumur jauh di bawahnya. Maksud perempuan itu untuk mengencani Edwart tidak dikatakannya langsung. Mereka mula-mula hanya membicarakan perihal kontrak kerja antara kantor sang dokter dan hotel tempat Edwart bekerja. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama, dua puluh menit kemudian mereka telah mengalihkan pembicaraan ke arah pribadi.
“Maaf lho, Wart. Kamu sudah punya pacar?”, tanya sang dokter.
“Dulu pernah punya tapi”, Edwart tak melanjutkan kalimatnya.
“Tapi kenapa, Wart?”, sergah perempuan itu.
“Dia kawin duluan, ah, Emang bukan nasib saya deh, dia kawin sama seorang om-om senang yg cuma menyenangi tubuhnya. Namanya Rani..”.
“Maaf kalau saya sampai membuat kamu ingat sama masa lalu”.
“Nggak apa-apa kok, Bu. Toh saya sudah lupa sama dia, buat apa cari pacar atau istri yg mata duitan”.
“Sukurlah kalau begitu, trus sekarang gimana perasaan kamu”.
“Maksud ibu?”.
“Perasaan kamu yg dikhianati, apa kamu masih dendam?”, tanya sang dokter seperti merasa ingin tahu.
“Sama si Rani sih nggak marah lagi, tapi sampai sekarang saya masih dendam kesumat sama om-om atau pejabat pemerintah yg seperti itu”, jelas Edwart pada perempuan itu sembari menatapnya.
Sejenak keduanya bertemu pandang, Edwart merasakan sebuah perasaan aneh mendesir dadanya. Hanya beberapa detik saja keduanya saling memandang sampai Edwart tersadar siapa yg sedang dihadapinya.
“Ah, ma.., ma.., maaf, Bu. Bicara saya jadi ngawur”, kata lelaki muda itu terpatah-patah.
”Oh nggak, nggak apa-apa kok, Do. Aku juga punya problem yg serupa Dgn kamu”, jawab perempuan itu sambil kemudian mulai menceritakan masalah pribadi dalam keluarganya. Ia yg kini sudah memiliki dua anak yg bersekolah di Amerika itu sedang mengalami masalah yg cukup berat dalam rumah tangganya. Dgn penuh emosi ia menceritakan masalahnya Dgn suaminya yg seorang pejabat pemerintah sekaligus pengusaha terkenal itu.
“Berkali-kali aku mendengar cerita tentang kebejatan moralnya, ia pernah menghamili sekertarisnya di kantor, lalu perempuan itu ia pecat begitu saja dan membayar seorang satpam untuk mengawini wanita itu guna menutupi aibnya. Dasar lelaki bangsat”, ceritanya pada Edwart.
“Sekarang dia sudah berhubungan lagi Dgn seorang perempuan pengusaha di luar negeri. Baru tadi aku melihatnya bersama dalam sebuah berita di TELEVISI”, lanjut perempuan itu Dgn raut muka yg sedih.
“Sabar, Bu. Mungkin suatu ketika dia akan sadar. Masa sih dia nggak sadar kalau memiliki istri secantik ibu”, ujar Edwart mencoba menghiburnya.
“Aku sudah bosan bersabar terus, hatiku hancur, Do. Kamu sudah tahu kan gimana rasanya dikhianati? Dibohongi?”, sengitnya sambil menatap lelaki muda itu Dgn tatapan aneh. Perempuan itu seperti ingin mengatakan sesuatu pada Edwart.
Beberapa menit keadaan menjadi vacum. Mereka saling menatap penuh misteri. Dada Edwart mendesir mendapat tatapan seperti itu, pikirannya bertanya-tanya.
“Ada apa ini?”, gumamnya dalam hati. Tetapi belum sempat ia menerka apa arti tatapan itu, tangannya tiba-tiba merasakan sesuatu yg lembut menyentuh, ia terhenyak dalam hati. Desiran dadanya kini berubah menjadi getaran keras di jantungnya. Tetapi belum sempat ia bereaksi atas semua itu tangan sang dokter itu telah meremas telapak tangan Edwart Dgn mesra. Kini ia menatap perempuan itu, dokter Yasovie memberinya senyuman, masih misteri.
“Edwart., kamu dan aku memiliki masalah yg saling berkaitan”, katanya perlahan.
“Ma, maksud ibu?”, Edwart tergagap.
“Kehidupan cinta kamu dirusakkan oleh generasi seumurku, dan rumah tanggaku rusak oleh kehidupan bejat suamiku. Kita sama-sama memiliki beban ingatan yg menyakitkan Dgn musuh yg sama”.
“kemudian???”.
“Kenapa tak kamu lampiaskan dendam itu padaku?”.
“Maksud ibu?”, Edwart semakin tak mengerti.
“Aku dendam pada suamiku dan kaum mereka, dan kau punya dendam pada para pejabat yg telah mengecewakanmu. Kini kau menemukan aku, lampiaskan itu. Kalau mereka bisa menggauli generasimu mengapa kamu nggak menggauli kaum mereka? Aku istri pejabat, dan aku juga dikecewakan oleh mereka”.
“Saya masih belum mengerti, Bu”.
“Maksudku, hmm, kenapa kita tidak menjalin hubungan yg lebih dekat lagi”, jelas perempuan itu.
Edwart semakin penasaran, ia memberanikan dirinya bertanya,
“Maksud ibu, mm, ki, ki, kita berselingkuh?”, ia berkata sambil memberanikan dirinya menatap perempuan paruh baya itu.
“Yah, kita menjalin hubungan cinta”, jawab dokter Yasovie enteng.
“Tapi ibu perempuan bersuami, ibu punya keluarga”.
“Ya, tapi sudah hancur, tak ada harapan lagi. Kalau suamiku bisa mencicipi wanita muda, kenapa aku tidak bisa?”, lanjutnya semakin berani, ia bahkan merangkul pundak lelaki muda itu. Edwart hanya terpaku.
“Ta, tapi, Bu”.
“Seumur perkawinanku, aku hanya merasakan derita, Wart. Aku ingin kejantanan sejati dari seorang lelaki. Dan lelaki itu adalah kamu, Wart”, lalu ia beranjak dari tempat duduknya mendekati Edwart. Dgn mesra diberinya lelaki muda itu sebuah kecupan. Edwart masih tak bereaksi, ia seperti tak mempercayai kejadian itu.
“Apakah saya mimpi?”, katanya konyol.
“Tidak, Wart. Kamu nggak mimpi, ini aku, Dokter Yasovie yg kamu kagumi”.
“Tapi, Bu.., ibu sudah bersuami”.
“Tolong jangan katakan itu lagi Edwart”.
Kemudian keduanya terpaku lama, sesekali saling menatap. Pikiran Edwart berkecamuk keras, ia tak tahu harus berkata apa lagi. Sebenarnya ia begitu gembira, tak pernah ia bermimpi apapun. Tetapi ia masih merasa ragu.
“Apakah segampang ini?”, gumamnya dalam hati.
“Cantik sekali dokter ini, biarpun umurnya jauh lebih tua dariku tapi oh tubuh dan wajahnya begitu menggiurkan, sudah lama aku memimpikan bercinta Dgn perempuan istri pejabat seperti dia. Tapi”, hatinya bertanya-tanya. Sementara suasana vacum itu berlangsung begitu lama. Kini mereka duduk dalam posisi saling bersentuhan. Baru sekitar tiga puluh menit kemudian dokter Yasovie tiba-tiba berdiri.
“Wart, saya ingin ngobrol lebih banyak lagi, tapi nggak di sini, kamu temui saya di Hotel Hyatt. Saya akan memesan kamar di situ. Selamat malam”, serunya kemudian berlalu meninggalkan Edwart yg masih terpaku.
Lelaki muda itu masih terlihat melamun sampai seorang pelayan restoran datang menyapanya.
“Pak Edwart, bapak mau pesan lagi?”.
“Eh, oh nggak, nggak, aduh saya kok ngelamun”, jawabnya tergagap mengetahui dirinya hanya terduduk sendiri.
“Teman Bapak sudah tiga puluh menit yg lalu pergi dari sini”, kata pelayan itu.
“Oh ya?”, sahut Edwart seperti orang bodoh. Pelayan itu mengangkat bahunya sambil berlalu.
“Eh, billnya!”, panggil Edwart.
“Sudah dibayar oleh teman Bapak”, jawab pelayan itu singkat.
Kini Edwart semakin bingung, ia masih merasakan getaran di dadanya. Antara percaya dan tidak. Ia kemudian melangkah ke lift dan turun ke tempat parkir. Hanya satu kalimat dokter Yasovie yg kini masih terngiang di telinganya. Hotel Grand Hyatt!
Dgn tergesa-gesa ia menuju ke arah mobilnya. Perjalanan ke hotel yg dimaksud perempuan itu tak terasa olehnya, kini ia sudah sampai di depan pintu kamar yg ditanyakannya pada receptionis. Dgn gemetar ia menekan bel di pintu kamar itu, pikirannya masih berkecamuk bingung.
“Masuk, Wart”, sambut dokter Yasovie membuka pintu kamarnya. Edwart masuk dan langsung menatap dokter Yasovie yg kini telah mengenakan gaun tidur sutra yg tipis dan transparan. Ia masih tampak terpaku.
“Wart, ini memang hari pertemuan kita yg pertama tapi apakah salahnya kalau kita sama-sama saling membutuhkan”, kata dokter Yasovie membuka pembicaraan.
“Cobalah realistis, Wart. Kamu juga menginginkan ini kan?”, lanjut perempuan itu kemudian mendudukkan Edwart di pinggir tempat tidur luas itu.
Edwart masih tampak bingung sampai sang dokter memberinya kecupan di bibirnya, ia merasakan seperti ada dorongan untuk membalasnya.
“Oh, Bu”, desahnya sambil kemudian merangkul tubuh bongsor dokter Yasovie. Dadanya masih bergetar ketika merasakan kemesraan perempuan itu. Dokter Yasovie kemudian memegang pundaknya dan melucuti pakaian lelaki muda itu. Dgn perlahan Edwart juga memberanikan diri melepas ikatan tali gaun tidur sutra yg dikenakan sang dokter. Begitu tampak payudara dokter Yasovie yg besar dan ranum itu, Edwart terhenyak.
“Oh, indahnya payudara perempuan ini”, gumamnya dalam hati sambil lalu meraba payudara besar yg masih dilapisi BREAST HOLDER itu. Tangan kirinya berusaha melepaskan kancing BREAST HOLDER di punggung dokter Yasovie. Ia semakin terbelalak ketika melihat bentuk payudara yg kini telah tak berlapis lagi. Tanpa menunggu lagi birahi lelaki muda itu bangkit dan ia segera meraih payudara itu dan langsung mengecupnya. Dirasakannya kelembutan susu perempuan cantik paruh baya itu Dgn penuh perasaan, ia kini mulai menyEdwartt puting susu itu bergiliran.
“Ooohh, Edwart, nikmat sayg., mm sEdwartt terus sayg ooohh, ibu sayg kamu, Do, ooohh”, desah dokter Yasovie yg kini mendongak merasakan sentuhan lidah dan mulut Edwart yg menggilir kedua puting susunya. Tangan perempuan itupun mulai meraih batang kemaluan Edwart yg sudah tegang sedari tadi, ia terhenyak merasakan besar dan panjangnya kemaluan lelaki muda itu.
“Ohh, besarnya punya kamu, Edwart. Tangan ibu sampai nggak cukup menggenggamnya”, seru dokter Yasovie kegirangan. Ia kemudian mengocok-ngocokkan kemaluan itu Dgn tangannya sambil menikmati belaian lidah Edwart di sekitar payudara dan lehernya.
Kemaluan Edwart yg besar dan panjang itu kini tegak berdiri bagai roket yg siap meluncur ke angkasa. Lelaki muda yg sebelumnya belum pernah melakukan hubungan seks itu semakin terhenyak mendapat sentuhan lembut pada kemaluannya yg kini tegang. Ia asyik sekali mengecupi sekujur tubuh perempuan itu, Edwart merasakan sesuatu yg sangat ia dambakan selama ini. Ia tak pernah membaygkan akan dapat menikmati hubungan seks Dgn perempuan yg sangat ia kagumi ini, ia yg sebelumnya bahkan hanya menonton film biru itu kini mempraktekkan semua yg ia lihat di dalamnya. Hatinya begitu gembira, sentuhan-sentuhan lembut dari tangan halus dokter Yasovie membuatnya semakin terlena.
Dgn mesra sekali perempuan itu menuntun Edwart untuk menikmati sekujur tubuhnya yg putih mulus itu. Dituntunnya tangan lelaki muda itu untuk membelai lembut payudaranya, lalu bergerak ke bawah menuju perutnya dan berakhir di permukaan kemaluan perempuan itu. Edwart merasakan sesuatu yg lembut dan berbulu halus Dgn belahan di tengahnya. Lelaki muda itu membelainya lembut sampai kemudian ia merasakan cairan licin membasahi permukaan kemaluan dokter Yasovie. Ia menghentikan gerakannya sejenak, lalu Dgn perlahan sang dokter membaringkan tubuhnya dan membuka pahanya lebar hingga daerah kemaluan yg basah itu terlihat seperti menantang Edwart. Lelaki muda itu terbelalak sejenak sebelum kemudian bergerak menciumi daerah itu, jari tangan dokter Yasovie kemudian menarik bibir kemaluannya menjadi semakin terbuka hingga menampakkan semua isi dalam dinding kemaluannya. Edwart semakin terangsang, dijilatinya semua yg dilihat di situ, sebuah benda sebesar biji kacang di antara dinding kemaluan itu ia sEdwartt masuk ke dalam mulutnya. Hal itu membuat dokter Yasovie menarik nafas panjang merasakan nikmat yg begitu hebat.
“Ohh, hmm, Edwart, sayg, ooohh”, desahnya mengiringi bunyi ciplakan bibir Edwart yg bermain di permukaan kemaluannya.
Dgn gemas Edwart menjilati kemaluan itu, sementara dokter Yasovie hanya bisa menjerit kecil menahan nikmat belaian lidah Edwart. Ia hanya bisa meremas-remas sendiri payudaranya yg besar itu sambil sesekali menarik kecil rambut Edwart.
“Aduuuh sayg, ooohh nikmaat, sayg, oooh Edwart, ooohh pintarnya kamu sayg, ooohh nikmatnya, ooohh sEdwartoot teruuusss, ooohh enaakkk, hmm, ooohh”, jeritnya terpatah-patah.
Puas menikmati kemaluan itu, Edwart kembali ke atas mengarahkan bibirnya kembali ke puting susu dokter Yasovie. Sang dokterpun pasrah saja, ia membiarkan dirinya menikmati permainan Edwart yg semakin buas saja. Daerah sekitar puting susunya tampak sudah kemerahan akibat sEdwarttan mulut Edwart.
“ooohh, Edwart sayg. Berikan kemaluan kamu sama ibu sayg, ibu ingin mencicipinya”, pinta perempuan itu sambil beranjak bangun dan menggenggam kemaluan Edwart. Tangannya tampak bahkan tak cukup untuk menggenggamnya, ukurannya yg super besar dan panjang membuat dokter Yasovie seperti tak percaya pada apa yg dilihatnya. Perempuan itu mulai mengulum kemaluan Edwart, mulutnya penuh sesak oleh kepala kemaluan yg besar itu, hanya sebagian kecil saja kemaluan Edwart yg bisa masuk ke mulutnya sementara sisanya ia kocok-kocokkan Dgn telapak tangan yg ia lumuri air liurnya. Edwart kini menikmati permainan itu.
“Auuuhh, Bu, ooohh, enaakk aahh Bu dokter, oooh nikmat sekali, mm, oooh enaknya, ooohh, ssstt, aahh”, desah lelaki muda itu mulai menikmatinya.
Seketika kemudian, Dokter Yasovie melepaskan kemaluan yg besar itu lalu membaringkan dirinya kembali di pinggiran tempat tidur. Edwart meraih kedua kaki perempuan itu dan langsung menempatkan dirinya tepat di depan selangkangan dokter Yasovie yg terbuka lebar. Dgn sangat perlahan Edwart mengarahkan kemaluannya menuju lubang kemaluan yg menganga itu dan, “Sreett.., bleeesss”.
“Aduuuhh, aauuu Edwart oo, sa.., sa.., sakiiittt, kemaluanku robeeek aahh, sakiiit”, teriak dokter Yasovie merasakan kemaluannya yg ternyata terlalu kecil untuk kemaluan Edwart yg super besar, ia merasakan kemaluannya robek oleh terobosan kemaluan Edwart. Lebih dahsyat dari ketika ia mengalami malam pertamanya.
“Edwart sayg, punya kamu besar sekali. Kemaluanku rasanya robek Wart, main yg pelan aja ya, sayg?”, pintanya lalu pada Edwart.
“Ouuuhh, ba.., ba.., baik, Bu”, jawab Edwart yg tampak sudah merasa begitu nikmat Dgn masuknya kemaluan ke dalam kemaluan dokter Yasovie.
Kini dibelainya rambut sang dokter sambil menciumi pipinya yg halus Dgn mesra. Lelaki muda itu mulai menggerakkan kemaluannya keluar masuk kemaluan dokter Yasovie Dgn perlahan sekali sampai beberapa menit kemudian rasa sakit yg ada dalam kemaluan perempuan itu berubah menjadi nikmat, barulah Edwart mulai bergerak menggenjot tubuh perempuan itu Dgn agak cepat. Gerakan tubuh mereka saling membentur mempertemukan kedua kemaluan mereka. Birahi birahi mereka tampak begitu membara dari gerakan yg semakin lama semakin menggairahkan, teriakan kecil kini telah berubah menjadi desah keras menahan nikmatnya hubungan seks itu.
Keduanya tampak semakin bersemangat, saling menindih bergilir menggenjot untuk meraih tahap demi tahap kenikmatan seks itu. Edwart yg baru pertama kali merasakan nikmatnya hubungan seks itu benar-benar menikmati keluar masuknya kemaluan besar itu ke dalam lubang kemaluan sang dokter yg semakin lama menjadi semakin licin akibat cairan kelamin yg muali melumasi dindingnya. Demikian pula halnya Dgn dokter Yasovie. Ia begitu tampak kian menikmati goygan tubuh mereka, ukuran kemaluan Edwart yg super besar dan terasa merobek lubang kemaluannya itu kini menjadi sangat nikmat menggesek di dalamnya. Ia berteriak sejadi-jadinya, tetapi bukan lagi karena merasa sakit tapi untuk mengimbangi dahsyatnya kenikmatan dari kemaluan lelaki muda itu. Tak pernah ia baygkan akan dapat menemukan kemaluan sebesar dan sepanjang milik Edwart, kemaluan suaminya yg bahkan ia tahu sering meminum obat untuk pembesar alat kelamin tak dapat dibandingkan Dgn ukuran kemaluan Edwart. Baru pertama kali ini ia melihat ada kemaluan sebesar itu, panjang dan keras sekali.
Bunyi teriakan nyaring bercampur decakan becek dari kedua alat kelamin mereka memenuhi ruangan luas di kamar suite hotel itu. Desahan mereka menahan kenikmatan itu semakin memacu gerakan mereka menjadi kian liar.
“Ooohh, ooohh, ooohh, enaak, oooh, enaknya bu, ooohh nikmat sekali ooohh”, desah Edwart.
“mm, aahh, goyg terus, Do, ibu suka sama punya kamu, ooohh, enaknya, sayg ooohh, ibu sayg kamu Edwart, ooohh”, balas dokter Yasovie sambil terus mengimbangi genjotan tubuh lelaki muda itu Dgn menggoyg pinggulnya.
Lima belas menit lebih mereka melakukannya Dgn posisi itu dimana Edwart menindih tubuh sang dokter yg mengapit Dgn pahanya. Kini ketikanya mereka ingin mengganti gaya.
“Ouuuhh Edwart sayg, ganti gaya yuuuk?”, ajak sang dokter sambil menghentikan gerakannya.
“Baik, Bu”, jawab lelaki muda itu mengiyakan.
“Kamu di bawah ya sayg? Ibu pingin goyg di atas tubuh kamu”, katanya sambil menghentikan gerakan tubuh Edwart, lelaki muda itu mengangguk sambil perlahan melepaskan kemaluannya dari jepitan kemaluan dokter Yasovie. Kemudian ia duduk sejenak mengambil nafas sambil memandangi tubuh perempuan itu.
“uuuh, cantiknya perempuan ini”, ia bergumam dalam hati lalu berbaring menunggu dokter Yasovie yg sudah siap menungganginya.
Kini perempuan itu berjongkok tepat di atas pinggang Edwart, ia sejenak menggenggam kemaluan lelaki muda itu sebelum kemudian memasukkannya kembali ke dalam lubang kemaluannya Dgn perlahan dan santai. Kembali ia mendesah merasakan kemaluan itu masuk menembus dinding kemaluannya dan menerobos masuk sampai dasar lubang kemaluan yg terasa sempit oleh Edwart.
“Ooouuuhh”, desahnya memulai gerakan menurun-naikkan pinggangnya di atas tubuh lelaki muda itu.
Edwart meraih payudara montok yg bergantungan di dada sang dokter, sesekali ia meraih puting susu itu Dgn mulutnya dan menyEdwartt-nyEdwartt nikmat.
Keduanya kembali terlibat adegan yg lebih seru lagi, Dgn liar dokter Yasovie menggoyg tubuh sesuka hati, ia tampak seperti kuda betina yg benar-benar haus seks. Ia yg baru kali ini menikmati hubungan seks Dgn lelaki selain suaminya itu benar-benar tampak bergairah, ditambah Dgn ukuran kemaluan Edwart yg super besar dan panjang membuatnya menjadi begitu senang. Dgn sepenuh hati ia raih kenikmatan itu detik demi detik. Tak semili meterpun ia lewatkan kenikmatan kemaluan Edwart yg menggesek dinding dalam kemaluannya. Ia semakin berteriak sejadi-jadinya.
“Aahh, ooohh, aahh, ooohh, ooohh, enaak, ooohh, nikmaatt, sekali, Edwart sayaanngg, ooohh Edwart, Do, enaak sayg ooohh”, teriaknya tak karuan Dgn gerakan liar di atas tubuh lelaki muda itu sembari menyebut nama Edwart. Ia begitu menyukai lelaki muda itu.
“Ooohh Bu dokter, ooohh, ibu juga pintar mainnya, ooohh, Bu dokter cantik sekali”, balas Edwart.
“Remas susu ibu, Do. ooohh, sEdwartt putingnya sayg, ooohh pintarnya kamu, oooh, ibu senang sama punya kamu, ooohh, nikmatnya sayg, ooohh, panjang sekali, ooohh, enaak”, lanjut sang dokter Dgn gerakan yg semakin liar. Edwart mengimbangi gerakan itu Dgn mengangkat-angkat pantatnya ke arah pangkal paha dokter Yasovie yg mengapitnya itu. Ia terus menghujani daerah dada sang dokter yg tampak begitu disenanginya, puting susu itupun menjadi kemerahan akibat sEdwarttan mulut Edwart yg bertubi-tubi.
Tetapi beberapa ketika kemudian sang dokter tampak tak dapat lagi menahan rasa nikmat dari kemaluan lelaki muda itu. Ia yg selama dua puluh menit menikmati permainan itu Dgn garang, kini mengalami ejakulasi yg begitu hebat. Gerakannya berubah semakin cepat dan liar, diremasnya sendiri payudara montoknya sambil lebih keras lagi menghempaskan pangkal selangkangannya pada kemaluan Edwart hingga sekitar dua menit berlalu ia berteriak panjang sebelum kemudian menghentikan gerakannya dan memeluk tubuh lelaki muda itu.
“Ooohh, ooohh, aauu, aku keluarr, Edwart, aahh, aah, aku, nggak kuat lagi aku, Do, ooohh, enaaknya, sayg, ooohh, Edwart sayg, hhuuuh, ibu nggak tahan lagi”, jeritnya panjang sambil memeluk erat tubuh Edwart, cairan kelamin dalam rahimnya muncrat memenuhi lubang kemaluan di mana kemaluan Edwart masih tegang dan keras.
“Ooohh nikmat bu, ooohh punya ibu tambah licin dan nikmat, ooohh, nikmat Bu dokter, ooohh, semakin nikmat sekali Bu dokter, ooohh, enaak, mm, ooohh, uuuhh, ooohh, ooohh, nikmat sekali, uuuhh, Bu dokter cantik, aauuuhh, ssshh nikmat bu”, desah Edwart merasakan kenikmatan dalam lubang kemaluan sang dokter yg tengah mengalami ejakulasi, kemaluan itu terasa makin menjepit kemaluannya yg terus saja menggesek dinding kemaluan itu. Kepala kemaluannya yg berada jauh di dalam lubang kemaluan perempuan itu merasakan cairan hangat menyembur dan membuat lubang kemaluan sang dokter terasa semakin nikmat dan licin.
Lelaki muda itu membalas pelukan dokter Yasovie yg tampak sudah tak sanggup lagi menggoyg tubuhnya di atas tubuh Edwart. Sejenak gerakan mereka terhenti walaupun Edwart sedikit kecewa karena ketika itu ia rasakan kemaluan sang dokter sangat nikmat. Ia berusaha menahan birahinya yg masih saja membara Dgn memberi ciuman mesra pada perempuan cantik itu.
“Oh Edwart sayg, kamu kuat sekali mainnya sayg, aku puas sekali, ibu betul-betul merasa seperti berada di tempat yg paling indah Dgn sejuta kenikmatan cinta. Kamu betul-betul jago”, katanya pada Edwart sambil memandang wajah lelaki muda itu tepat di depan matanya, dipeluknya erat pinggang Edwart untuk menahan goygan kemaluan di selangkangannya.
Sejenak Dokter Yasovie beristirahat di pelukan lelaki muda itu, ia terus memuji kekuatan dan kejantanan Edwart yg sebelumnya belum pernah ia dapatkan sekalipun dari suaminya. Matanya melirik ke arah jam dinding di kamar itu.
“Edwart..”, sapanya memecah keheningan seketika itu.
“Ya, bu?”, jawab Edwart sambil terus memberi kecupan pada pipi dan muka sang dokter yg begitu ia senangi.
“Sudah satu jam lamanya kita bermain, kamu hebat sekali, Do”, lanjutnya terheran-heran.
“Saya baru sekali ini melakukannya, Bu”, jawab Edwart.
“Ah masa sih, bohong kamu, Wart”, sergah dokter Yasovie sambil membalas ciuman Edwart di bibirnya.
“Benar kok, Bu. Sumpah saya baru kali ini yg pertama kalinya”, Edwart bersikeras.
“Tapi kamu mainnya kok hebat banget? Dari mana kamu tahu gaya-gaya yg tadi kita lakukan”, lanjut sang dokter tak percaya.
“Saya hanya menonton film, Bu”, jawab lelaki muda itu.
Beberapa menit mereka ngobrol diselingi canda dan cumbuan mesra yg membuat birahi sang dokter bangkit untuk mengulangi permainannya. Dirasakannya dinding kemaluan yg tadinya merasa geli ketika mengalami ejakulasi itu mulai terangsang lagi. Edwartpun merasakan gejala itu dari denyutan kemaluan sang dokter. Edwart melepaskan pelukannya, lalu menempatkan diri tepat di belakang punggung sang dokter, tangannya nenuntun kemaluan besar itu ke arah permukaan lubang kemaluan dokter Yasovie yg hanya pasrah membiarkannya mengatur gaya sesuka hati. Lelaki muda itu kini berada tepat di belakang menempel di punggung sang dokter, lalu perlahan sekali ia memasukkan kemaluan besarnya ke dalam lubang sang dokter dari arah belakang pantatnya.
“Ooohh, pintarnya kamu Edwart, oooh ibu suka gaya ini, mm, goyg teruuuss, aahh, nikmat do, ooohh, sampai pangkalnya terusss, ooohh, enaak..tarik lagi sayg ooohh, masukin lagii ooohh, sampai pangkal nya Edwart, ooohh, sayg nikmat sekali, ooohh, oohh Edwart, ooohh, mm, Edwart, sayg”, desah sang dokter begitu merasakannya, atas bawah tubuhnya merasakan kenikmatan itu Dgn sangat sempurna.
Tangan Edwart meremas susunya sementara kemaluan lelaki muda itu tampak jelas keluar masuk lubang kemaluannya. Keduanya kembali terlihat bergoyg mesra meraih detik demi detik kenikmatan dari setiap gerakan yg mereka lakukan. Demikian juga Dgn Edwart yg menggoyg dari arah belakang itu, ia terus meremas payudara montok sang dokter sambil memandang wajah cantik yg membuatnya semakin bergairah. Kecantikan Dokter Yasovie yg sangat menawan itu benar-benar membuat gairah bercinta Edwart semakin membara. Dgn sepenuh hati digoygnya tubuh bahenol dan putih mulus itu sampai-sampai suara decakan pertemuan antara pangkal pahanya dan pantat besar sang dokter terdengar keras mengiringi desahan mulut mereka yg terus mengoceh tak karuan menikmati hebatnya rasa dari permainan itu.
Sekitar dua puluh menit berlalu tampak kedua insan itu sudah tak dapat menahan lagi rasa nikmat dari permainan mereka hingga kini keduanya semakin berteriak keras sejadi-jadinya. Tampaknya mereka ingin segera menyelesaikan permainannya secara bersamaan.
“Huuuh, ooohh, ooohh, aahh, ooohh, nikmat sekali Wart, goyg lagi sayg, ooohh, ibu mau keluar sebentar lagi sayg, ooohh, goyg yg keras lagi sayg, ooohh, enaknya kemaluan kamu, ooohh, ibu nggak kuat lagi oooh”, jerit dokter Yasovie.
“Uuuhh, aahh, ooohh, mm, aah, saya juga mau keluar Bu, ooohh, dokter Yasovie sayaang, ooohh, mm, enaakk sekali, ooohh, ooohh, dokter sayg, ooohh, dokter cantik, ooohh, enaakk, dokter dokter sayg, ooohh, kemaluan dokter juga nikmat sekali, oooh”, teriak Edwart juga.
“Ooohh enaknya sayg, ooohh, pintar kamu sanyg, ooohh, kocok terus, oooh, genjot yg keraass, ooohh”.
“Ooohh dokter, susunya, ooohh, saya mau sEdwartt, ooohh”, Edwart meraih susu sang dokter lalu menyEdwarttnya dari arah samping.
“Oooh Edwart pintarnya kamu sayg, ooohh, nikmatnya, ooohh, ibu sebentar lagi keluar sayg, ooohh, keluarin samaan yah, ooohh”, ajak sang dokter.
“Saya juga mau keluar Bu, yah kita samaan Bu dokter, ooohh, kemaluan ibu nikmat sekali, ooohh, mm, enaknya, ooohh”, teriak Edwart sambil mempercepat lagi gerakannya.
Tetapi beberapa ketika kemudian dokter Yasovie berteriak panjang mengakhiri permainannya.
“Aauuuwww, ooohh, Edwartoo, ibu nggak tahan lagiii, keluaar, aauhh nikmatnya sayg, ooohh”, jeritnya panjang sambil membiarkan cairan kelaminnya kembali menyembur ke arah kemaluan Edwart yg masih menggenjot dalam lubang kemaluannya. Edwart merasakan gejala itu lalu berusaha sekuat tenaga untuk membuat dirinya keluar juga, beberapa ketika ia merasakan kemaluan sang dokter menjepit kemaluannya keras diiringi semburan cairan mani yg deras ke arah kemaluannya. Dan beberapa ketika kemudian ia akhirnya berteriak panjang meraih orgasme permainan.
“Ooohh, aahh, oooww,aahh, dokter, Yasovie, sayyaang, oooh, enaak sekalii, ooohh saya juga keluaarr, ooohh”, jeritnya panjang seketika setelah sang dokter mengakhiri teriakannya.
“Edwart sayg, ooohh, jangan di dalam sayg, ooohh, ibu nggak pakai alat kontrasepsi, ooohh, sini keluarin di luar Edwart, sayg berikan pada ibu, oooh, enaknya, cabut sayg. Semprotkan ke Ibu, ooohh”, pintanya sembari merasakan nikmatnya denyutan kemaluan Edwart. Ia baru sadar dirinya tak memakai alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Didorongnya tubuh Edwart sambil meraih batang kemaluan yg sedang meraih puncak kenikmatan itu.
Kemudian lelaki muda itu mencabut kemaluannya Dgn tergesa-gesa dari lubang kemaluan sang dokter dan, “Cropp bresss, crooottt.., crooott.., creeess”, cairan kelamin Edwart menyembur ke arah wajah sang dokter. Edwart berdiri mengangkang di atas tubuhnya dan menyemburkan air maninya yg sangat deras dan banyak ke arah badan dan muka sang dokter. Sebagian cairan itu bahkan masuk ke mulut sang dokter.
“Ohh, sayg,terus ooohh, berikan pada ibu, ooohh, hmm, nyam, enaknya, ooohh, semprotkan pada ibu, ooohh, ibu ingin meminumnya Edwart, ooohh, enaakkknya sayg, oooh, lezat sekali”, jerit perempuan itu kegirangan sambil menelan habis cairan mani lelaki muda itu ke dalam mulutnya, bahkan belum puas Dgn itu ia kembali meraih batang kemaluan Edwart dan menyEdwartt keras batang kemaluannya dan menelan habis sisa-sisa cairan itu hingga Edwart merasakan semua cairannya habis.
“Ooohh Bu dokter, ooohh dokter, saya puas sekali bu”, kata Edwart sembari merangkul tubuh sang dokter dan kembali berbaring di tempat tidur.
“Kamu kuat sekali Edwart, sanggup membuat ibu keluar sampai dua kali, kamu benar-benar hebat dan pintar mainnya, ibu suka sekali sama kamu. Nggak pernah sebelumnya ibu merasakan kenikmatan seperti ini Dgn suami ibu. Dia bahkan tak ada apa-apanya dibanding kamu”, seru sang dokter pada Edwart sambil mencium dada lelaki muda itu.
“Saya juga benar-benar puas sekali, Bu. Ibu memberikan kenikmatan yg nggak pernah saya rasakan sebelumnya. Sekarang saya tahu bagaimana nikmatnya bercinta”, jawab Edwart sekenanya sambil membalas ciuman dokter Yasovie. Tangannya membelai halus permukaan payudara sang dokter dan memilin-milin putingnya yg lembut.
“Tapi apakah ibu tidak merasa berdosa pada suami Ibu, kita sedang berselingkuh dan ibu punya keluarga”, sergah Edwart sambil menatap wajah manis dokter Yasovie.
“Apakah aku harus setia sampai mati sementara dia sekarang mungkin sedang asyik menikmati tubuh perempuan-perempuan lain?”.
“Benarkah?”.
“Aku pernah melihatnya sendiri, Wart. Waktu itu kami sedang berlibur di Singapura bersama kedua anakku”, lanjut sang dokter memulai ceritanya pada Edwart.
Edwart hanya terdiam mendengar cerita dokter Yasovie. Ia menceritakan bagaimana suaminya memperkosa seorang pelayan hotel tempat mereka menginap waktu ia dan anak-anaknya sedang berenang di kolam hotel itu. Betapa terkejutnya ia ketika menemukan sang pelayan keluar dari kamarnya sambil menangis histeris dan terisak menceritakan semuanya pada manajer hotel itu dan dirinya sendiri.
“Kamu bisa baygkan, Wart. Betapa malunya ibu, sudah bertahan-tahun kami hidup bersama, Dgn dua orang anak, masih saja dia berbuat seperti itu, dasar lelaki kurang ajar, bangsat dia itu”, ceritanya pada Edwart Dgn muka sedih.
“Maaf kalau saya mengungkap sisi buruk kehidupan ibu dan membuat ibu bersedih”.
“Tak apa, Wart. Ini kenyataan kok”.
Dilihatnya sang dokter meneteskan air mata,
“Saya tidak bermaksud menyinggung ibu, oh..”, Edwart berusaha menenangkan perasaannya, ia memeluk tubuh sang dokter dan memberinya beberapa belaian mesra. Tak disangkanya dibalik kecantikan wajah dan ketenaran sang dokter ternyata perempuan itu memiliki masalah keluarga yg begitu rumit.
“Tapi saya yakin Dgn tubuh dan wajah ibu yg cantik ini ibu bisa dapatkan semua yg ibu inginkan, apalagi Dgn permaian ibu yg begitu nikmat seperti yg baru saja saya rasakan, bu”, Kata Edwart menghibur sang dokter.
“Ah kamu bisa aja, Wart. Ibu kan sudah nggak muda lagi, umur ibu sekarang sudah empat puluh tiga tahun, lho?”.
“Tapi, Bu terus terang saja saya lebih senang bercinta Dgn perempuan dewasa seperti ibu. Saya suka sekali bentuk tubuh ibu yg bongsor ini”, lanjut lelaki muda itu sambil memberikan ciuman di pipi sang dokter, ia mempererat pelukannya.
“Kamu mau pacaran sama ibu?”.
“Kenurut ibu apa yg kita lakukan sekarang ini bukannya selingkuh?”, tanya Edwart.
“Kamu benar suka sama ibu?”.
“Benar, Bu. Sumpah saya suka sama Ibu”, Edwart mengecup bibir perempuan itu.
“Oh Edwart sayg, ibu juga suka sekali sama kamu. Jangan bosan yah, sayg?”.
“Nggak akan, bu. Ibu begitu cantik dan molek, masa sih saya mau bosan. Saya sama sekali tidak tertarik pada wanita remaja atau yg seumur. Ibu benar-benar sesuai seperti yg saya idam-idamkan selama ini. Saya selalu ingin bermain cinta Dgn ibu-ibu istri pejabat. Tubuh dan goyg Bu dokter sudah membuat saya benar-benar puas”.
“Mulai sekarang kamu boleh minta ini kapan saja kamu mau, Do. Ibu akan berikan padamu”, jawab sang dokter sambil meraba kemaluan Edwart yg sudah tampak tertidur.
“Terima kasih, Bu. Ibu juga boleh pakai saya kapan saja ibu suka”.
“Ibu sayg kamu, Wwart”.
“Saya juga, Bu. oooh dokter Yasovie”, desah lelaki muda itu kemudian merasakan kemaluannya teremas tangan sang dokter.
“Oooh Edwart, sayg..”, balas dokter Yasovie menyebut namanya mesra.
Kembali mereka saling berangkulan mesra, tangan mereka meraih kemaluan masing-masing dan berusaha membangkitkan birahi untuk kembali bercinta. Edwart meraih pantat sang dokter Dgn tangan kirinya, mulutnya menyEdwartt bibir merah sang dokter. “Oooh dokter Yasovie, sayg, ooohh”, desah Edwart merasakan kemaluannya yg mulai bangkit lagi merasakan remasan dan belaian lembut tangan sang dokter. Sementara tangan lelaki muda itu sendiri kini meraba permukaan kemaluan dokter Yasovie yg mulai terasa basah lagi.
“ooohh, uuuhh Edwart sayg, nikmat.sayg, ooohh Edwart, Ibu pingin lagi, Do, ooohh, kita main lagi sayg, ooohh”, desah manja dan menggairahkan terdengar dari mulut dokter Yasovie.
“Uuuhh, saya juga kepingin lagi Bu dokter, ooohh, Ibu cantik sekali, oooh, dokter Yasovie sayg, ooohh, remas terus kemaluan saya Bu, ooohh”.
“Ibu suka kemaluan kamu Wart, bentuknya panjang dan besar sekali. ooouuuhh, baru pertama ini ibu merasakan kemaluan seperti ini”, suara desah dokter Yasovie memuji kemaluan Edwart.
Begitu mereka tampak tak tahan lagi setelah melakukan pemanasan selama lima belas menit, lalu kembali keduanya terlibat permainan seks yg hebat sampai kira-kira pukul empat dini hari. Tak terasa oleh mereka waktu berlalu begitu cepat hingga membuat tenaga mereka terkuras habis. Dokter Yasovie berhasil meraih kepuasan sebanyak empat kali sebelum kemudian Edwart mengakhiri permainannya yg selalu lama dan membuat sang dokter kewalahan menghadapinya. Kejantanan lelaki muda itu memang tiada duanya. Ia mampu bertahan selama itu, tubuh sang dokter yg begitu membuatnya berbirahi itu digoygnya Dgn segala macam gaya yg ia pernah lihat dalam film porno. Semua di praktikkan Edwart, dari doggie style sampai 69 ia lakukan Dgn penuh birahi. Mereka benar-benar mengumbar birahi birahi itu Dgn bebas. Tak satupun tempat di ruangan itu yg terlewat, dari tempat tidur, kamar mandi, bathtub, meja kerja, toilet sampai meja makan dan sofa di ruangan itu menjadi tempat pelampiasan birahi seks mereka yg membara.
Akhirnya setelah melewati ronde demi ronde permainan itu mereka terkulai lemas saling mendekap setelah Edwart mengalami ejakulasi bersamaan Dgn orgasme dokter Yasovie yg sudah empat kali itu. Dgn saling berpelukan mesra dan kemaluan Edwart yg masih berada dalam lubang kemaluan sang dokter, mereka tertidur pulas.
Malam itu benar-benar menjadi malam yg sangat indah bagi keduanya. Edwart yg baru pertama kali merasakan kehangatan tubuh perempuan itu benar-benar merasa puas. Dokter Yasovie telah memberinya sebuah kenikmatan yg selama ini sangat ia dambakan. Bertahun-tahun lamanya ia bermimpi untuk dapat meniduri istri pejabat seperti perempuan ini, kini dokter Yasovie datang Dgn sejuta kenikmatan yg ia berikan. Semalam suntuk penuh ia lampiaskan birahi birahinya yg telah terpendam sedemikian lama itu di tubuh sang dokter, ia lupa segalanya. Edwart tak dapat mengingat sudah berapa kali ia buat sang dokter meronta merasakan orgasme dari hubungan seks itu. Cairan maninya terasa habis ia tumpahkan, sebagian di mulut sang dokter dan sebagian lagi disiramkan di sekujur tubuh perempuan itu.
Begitupun Dgn dokter Yasovie, baginya malam yg indah itu adalah malam pertama ia merasakan kenikmatan birahi yg sesungguhnya. Ia yg tak pernah sekalipun mengalami orgasme ketika bermain Dgn suaminya, kini merasakan sesuatu yg sangat hebat dan nikmat. Kemaluan Edwart Dgn ukuran super besar itu telah memberinya kenikmatan maha dahsyat yg takkan pernah ia lupakan. Belasan kali sudah Edwart membuatnya meraih puncak kenikmatan senggama, tubuhnya seperti rontok menghadapi keperkasaan anak muda itu. Umur Edwart yg separuh umurnya itu membuat suasana hatinya sangat bergairah. Bagaimana tidak, seorang lelaki muda tampan dan perkasa yg berumur jauh di bawahnya memberinya kenikmatan seks bagai seorang ksatria gagah perkasa. Ia sungguh-sungguh puas lahir batin sampai-sampai ia rasakan tubuhnya terkapar lemas dan tak mampu bergerak lagi, cairan kelaminnya yg terus mengucur tiada henti ketika permainan cinta itu berlangsung membuat kemaluannya terasa kering. Tetapi sekali lagi, ia merasa puas, sepuas-puasnya.
Sejak ketika itu, dokter Yasovie menjalin hubungan gelap Dgn Dgn Edwart. Kehidupan mereka kini penuh Dgn kebahagiaan cinta yg mereka raih dari kencan-kencan rahasia yg selalu dilakukan kedua orang itu ketika suami dokter Yasovie tidak di rumah. Di hotel, di apartement Edwart atau bahkan di rumah sang dokter mereka lakukan perselingkuhan yg selalu diwarnai oleh hubungan seks yg seru tak pernah mereka lewatkan.
Terlampiaskan sudah birahi seks dan dendam pada diri mereka masing-masing. Dokter Yasovie tak lagi mempermasalahkan suaminya yg doyan perempuan itu. Ia bahkan tak pernah lagi mau melayani birahi birahi suaminya Dgn serius. Setiap kali lelaki itu memintanya untuk bercinta ia hanya melayaninya setengah hati. Tak ia hiraukan lagi apakah suaminya puas Dgn permainan itu, ia hanya memberikan pelayanan sekedarnya sampai lelaki botak dan berperut besar itu mengeluarkan cairan kelaminnya dalam waktu singkat kurang dari tiga menit. Ingin rasanya dokter Yasovie meludahi muka suaminya, lelaki tak tahu malu yg hanya mengandalkan uang dan kekuasaan. Yg Dgn sewenang-wenang membeli keperempuanan orang Dgn uangnya. Lelaki itu tak pernah menygka bahwa istrinya telah jatuh ke tangan seorang lelaki muda perkasa yg jauh melebihi dirinya. Ia benar-benar tertipu.