LigaCapsa ~ Jika ada yang merasa diuntungkan atas perang di Suriah, jawabannya adalah orang-orang yang menjual sepeda di Desa Demir Kapija, di perbatasan selatan Makedonia dan Yunani. Dilarang menggunakan kendaraan umum di Makedonia, ribuan pengungsi yang kebanyakan warga Suriah menggunakan kendaraan roda dua ini untuk melewati perbatasan menuju Serbia, kemudian Hungaria hingga akhirnya zona Eropa. Jumlah pengungsi ini tak main-main. Setidaknya lebih dari 22 ribu pengungsi berhenti dan mencari suaka di Serbia tahun ini. Meningkat tajam dari tahun lalu yang hanya 6 ribu dan pada 2010 yang hanya mencapai 500. Pemerintah Hungaria mengaku hampir 60 ribu pengungsi masuk secara ilegal tahun ini. Pada Rabu (17/6) kemarin, akhirnya Hungaria melemparkan rencana pembangunan tembok sepanjang 175 kilometer untuk membatasi Hungaria dan negara non-Uni Eropa, Serbia. Rencana itu mengingatkan kembali akan kenangan Perang Dingin, masa-masa perbatasan, termasuk Tembok Berlin, yang memisahkan komunis di Eropa Timur, tak terkecuali Hungaria, dari kapitalisasi Barat. Pakar imigran memperingatkan kejadian ini juga akan berakibat buruk bagi Serbia, negara miskin bekas Republik Yugoslavia.
"Ini akan mengakibatkan jalan buntu. Serbia tidak memiliki kapasitas untuk menanggung ini," ujar Direktur Pusat Perlindungan Pencari Suaka basis Belgrade, Rados Djurovic. Di Makedonia, pada Kamis (18/6), para legislator mengamankan sejumlah pengungsi legal selama 72 jam. Hal ini diperlukan untuk mencegah mereka menjadi korban perdagangan manusia dan juga menghalangi mereka yang nekat mengorbankan diri melewati jalur kereta api atau bersepeda di jalan raya.
"Ini akan menjadi tantangan kemanusiaan yang besar bagi Serbia," ujar Djurovic. Selama dua tahun terakhir ini jumlah pengungsi meningkat drastis. Mereka memilih jalur Balkan yang melewati Turki, Yunani, negara-negara bekas Yugoslavia dan Hungaria untuk menuju negara Eropa Barat yang lebih sejahtera, kabur dari perang Suriah yang telah berlangsung selama empat tahun. Jumlah pengungsi yang fantastis juga tercatat meninggalkan Afrika Utara melalui jalur laut Mediterania dengan menggunakan kapal laut.
Tembok di Eropa
~ Djurovic mengatakan benteng Hungaria tidak akan menghentikan jumlah pengungsi menuju Serbia, yang memberikan rute alternatif daripada Romania dan Bulgaria atau jalur barat Bosnia dan Kroasia yang lebih jauh dan penuh rintangan.
"Harga penyelundupan akan lebih tinggi. Para pengungsi tidak akan berkurang, mereka telah menjual semuanya untuk ini. Sungai akan selalu menemukan jalan," ujarnya. Wartawan Reuters yang berada di perbatasan Makedonia dan Yunani melihat ribuan pengungsi berjalan melewati perbatasan di bawah pengawasan polisi yang tak berdaya. Sebelumnya para pengungsi ini mengikuti jalur kereta api menuju Serbia, rute yang menewaskan 14 orang pada April lalu akibat tabrakan kereta. Sekarang mereka tampaknya berubah menjadi sekumpulan kelompok yang bersepeda di sepanjang jalur rel tersebut. Sepeda yang telah mereka beli dari toko di Desa Demir Kapija.
"Hanya ini jalannya, saya ingin mendapatkan kebebasan," ujar Anas, pria usia 25 tahun asal Suriah yang mengaku telah membayar 125 euro atau sekitar Rp2 juta untuk membeli sepeda demi menuju Denmark. Makedonia tak punya banyak uang dan tempat untuk menampung mereka. Pemerintah Makedonia pada Kamis mengusulkan perubahan undang-undang yang memberikan dokumen legal selama 72 jam untuk melindungi para pengungsi melalui negaranya. Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Makedonia, Mitko Cavkov menuduh Yunani telah menutup mata atas sejumlah pengungsi yang melewati perbatasan menuju negaranya.
"Kami tahu mereka di sini karena nasib buruk dan kita harus melakukan segala upaya untuk membantu mereka," ujar Cavkov. Polisi patroli Makedonia pada Rabu kemarin melihat pengungsi bersepeda melalui jalur yang berat. "Apa yang dapat kami lakukan?" ujar polisi yang enggan disebut namanya itu.
"Kami tahu ini ilegal dan berbahaya. Tapi kalau kami memberhentikan mereka dan membawa mereka bersama kami, kemana?" ujarnya. Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban pada Kamis mengaku akan tetap mempertahankan rencana pembangunan tembok tersebut.
"Kami harap akan ada respons dari Uni Eropa untuk menangani permasalahan pengungsi ini, namun untuk saat ini tampaknya masih jauh," ujar Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto. Sementara Perdana Menteri Serbia, Aleksandar Vucic mengaku sangat kaget atas rencana Hungaria. Juru bicara Komisi Eropa mengatakan hal ini tergantung bagi negara-negara anggota untuk memutuskan bagaimana menangani permasalahan perbatasan mereka. Namun, saat konferensi pers, ia mengeluarkan pernyataan yang mengimplikasi penolakan terhadap rencana Hungaria.
"Baru-baru ini kita meruntuhkan dinding di Eropa, jangan lagi kita membangunnya kembali." Di sisi lain, Tarek Albaba, pria usia 30 tahun asal Suriah menawarkan solusi lain.
"Dari pada membangun benteng antarnegara untuk menghentikan kedatangan kami, mereka seharusnya mencoba menghentikan perang di Suriah. Jika di sana tidak ada perang, kami tidak akan pergi."
0 komentar: