LigaCapsa ~ 4 Januari 1946, ibu kota Indonesia berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Kala itu, usai kemerdekaan, Belanda masih enggan "move on" dari Tanah Air. Indonesia yang belum genap satu tahun merdeka terjepit. Presiden Soekarno ambil langkah: menanyakan kesanggupan Yogyakarta kepada Sultan Hamengkubowono IX untuk memindahkan ibu kota, dan sang Sultan setuju.
Cerita di atas hanya sedikit dari banyaknya ukiran sejarah oleh kota yang berdiri sejak adanya Perjanjian Giyanti pada Tanggal 13 Februari 1755 itu. Jauh menengok ke belakang, Yogyakarta memiliki segudang cerita sejarah, salah satunya Keraton Ratu Boko atau Ratu Baka. Nama Ratu Baka berasal dari legenda masyarakat setempat. Ratu Boko, dalam bahasa Jawa berarti Raja Bangau, adalah ayah dari Loro Jonggrang, yang juga menjadi nama candi utama pada kompleks Candi Prambanan. Kompleks bangunan ini dikaitkan dengan legenda rakyat setempat Loro Jonggrang.
- Keraton Ratu Boko 2017 Merdeka.com/Ibnu Siena
~ Situs Ratu Boko terletak di atas perbukitan Boko dengan ketinggian 195,97 mdpl dengan luas sekitar 169.898 meter persegi. Situs ini merupakan peninggalan sejarah yang bercorak Hinduisme dan Budhisme yang dibangun pada abad VII-IX M. Awalnya, situs ini adalah sebuah kompleks wihara sebagaimana tercatat dalam prasasti Abhayagiriwihara yang berangka tahun 792 Masehi. Namun pada tahun 856 Masehi, situs ini berubah menjadi kediaman seorang penguasa bernama Rakai Walaing Pu Kumbhayoni yang beragama Hindu. Temuan Arkeologi berupa prasasti yaitu prasasti Ratu Boko a, b, c yang berarti lingga: Lingga Krtivaso, Lingga Tryambaka, dan Lingga Hara. Hingga kini, situs Ratu Boko masih sebenarnya masih terjaga cukup baik seperti Candi Pembakaran dan Sumur Suci. Candi tersebut memiliki panjang 22,60 meter, 22,33 meter dengan tinggi lebih dari 3 meter.
Candi yang terbuat dari batu andesit tersebut dianggap menjadi tempat penyimpanan abu para raja.
Meski, keterangan di sekitar tempat, ternyata abu tersebut tidak ditemukan indikasi bekas pembakaran tulang. Sedangkan Sumur Suci, yang memiliki kedalaman 5 meter, konon, digunakan sebagai upacara keagamaan di candi pembakaran. Sedikit cerita di atas merupakan pengalaman merdeka.com saat menjalani kegiatan bersama Brother Indonesia, dengan kegiatan bertajuk "Brother Culture Amazing Race" di Yogyakarta yang berlangsung dari 8 hingga 10 Maret 2017. Brother Indonesia atau PT Brother Internasional Sales Indonesia merupakan produsen teknologi mesin cetak asal Jepang yang sedang melebarkan sayapnya di Indonesia. Perusahaan yang ada di Indonesia sejak tahun 2008 itu telah digunakan oleh berbagai pengguna, mulai dari rumah tangga sampai ke perusahaan besar.
"Kami mengedepankan "at your side" banget. Untuk membuktikannya kami memberikan garansi selam tiga tahun untuk semua produk kami: printer, scanner, mesin jahit, mesin bordir. Itu semua garansi Brother, bukan garansi toko," katanya. Selain Keraton Ratu Boko, merdeka.com dan Brother Indonesia, sempat menikmati wisata alam Kalibiru di desa Kulon Progo. Di sana banyak terdapat tempat berfoto menarik dengan pemandangan alam indah yang sayang untuk dilewati.
Situs Resmi Poker & Domino99 Online
* P.E.N.A.S.A.R.A.N *
0 komentar: