Minggu, 23 April 2017

Halaman Dewasa Kisah Masa Lalu



Seputar LigaCapsa Siang dan malam kulalaui dgn perempuan yg mengisi hari-hari ku,Tawa canda dan tangisan pun telah kami lewati bersama,sosok perempuan yg mengisi hari-hari iki mampu memberi rasa nyaman yg luar biasa.Dimanapun aqu berada sewaktu aqu tak di dekatnya aqu selalu terbayang dengan sosoknya,Sepenggal sms atau sepatah kata lewat tlp.telah menjadi pengiring dan pengobat rasa rinduku jika aqu tak bersamanya,yah dia begitu menggoda dalem benak ku tak bisa ku enyahkan dari baygnya.Tapi aqu masih setiap hari bertemu  dgnnya,karena memang kita bersama dalem satu rumah. Sepenggal kisah di atas adalah kisah perjalanan panjang Briyan dan Cintya yg akan selengkapnya diceritakn kembali di Halamandewasa.com, sohib kuliah di Yogyakarta. Namaqu Briyan, usiaku 22 mengertin dan aqu sekarang sedang menyelesaikan kuliah di sebuah PTS di Yogyakarta. Pengalaman ini terjadi tiga mengertin yg lalu sewaktu aqu masih kuliah di Bandung. Telah lama memang, tapi aqu selalu ingat akan kejadian itu dan tak akan pernah aqu melupakan satu nama : Cintya. Meski hingga sekarang pun akan selalu kukenang saat-saat indah bersamanya.
Aqu akrab dgn Cintya karena ia adalah cucu dari ibu kostku. Cintya lebih tua 2 mengertin dan dia anak Surabaya, sedang kuliah di Bandung cuma beda kampus dgnku. Yg aqu mengerti, kedua orangtuanya telah pisah ranjang selama dua mengertin (tapi tak bercerai) dan Cintya ikut tinggal bersama neneknya (ibu kostku) sewaktu ia masuk kuliah. Mungkin terlalu panjang kalo kuceritakan bagaimana prosesnya hingga kami berpacaran. Aqu beruntung punya perempuan seperti dia yg wajahnya sangat cantik (pernah dia ditawarin untuk menjadi model), segala yg diidamkan lelaki melekat padanya. Kulitnya yg putih, hidung bangir, matanya yg indah dan bening, rambut ikal serta badannya yg padat.. Aqu juga tak mengerti kenapa ibu kost menerimaqu untuk nge-kost dirumahnya padahal yg kost di rumahnya adalah perempuan semua. Mungkin karena ngeliat tampangku seperti orang baik-baik kali ya (hehehe)… Pada awal kami berpacaran , Cintya termasuk pelit untuk urusan mesra-mesraan. Jangankan untuk berciuman, minta pegang tangannya saja susahnya minta ampun! Padahal aqu termasuk orang yg hypersex, dan aqu sering kali melaqukan onani untuk melampiaskan nafsu seksku, hingga sekarang. Aqu bisa melaqukan onani sampai tiga kali sehari. Setiap kali fantasi dan gairah seksku datang, pasti kulaqukan kebiasaan jelekku itu. Tak mengerti dikamar mandi menggunakan sabun, sambil nonton VCD dewasa dan seringnya sambil tiduran telungkup di atas kasur sambil kugesek-gesekkan kemaluanku. Aqu merasakan nikmat setiap orgasme onani. Back to story, sedari aqu dan Cintya resmi jadian, baru dua minggu kemudian dia mau kucium pipinya. Itu pun setelah melalui perdebatan yg panjang, akhirnya ia mau juga kucium pipinya yg mulus itu, dan aqu selalu ingin merasakan dan mengecup lagi sedari sewaktu itu.
Hingga pada suatu malam, sewaktu waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh, aqu, Cintya dan Desi (anak kost yg lain) masih asyik menonton TV di ruang tengah. Sementara ibu kostku serta 3 anak kost yg lain telah pergi tidur. Kami bertiga duduk diatas permadani yg terhampar di ruang tengah. Desi duduk di depan sementara aqu dan Cintya duduk agak jauh dibelakangnya. Lampu neon yg menyinari ruangan selalu kami matikan kalau sedang menonton TV. Biar tak silau kena mata maksudnya. Atau mungkin juga demi menghemat listrik. Yg jelas, cahaya dari TV agak begitu samar dan remang-remang. Desi masih asyik menonton dan Cintya yg disampingku sewaktu itu cuma mengenakan kaos ketat dan rok mini matanya masih konsen menonton filem tersebut. Sesekali sewaktu pandangan Desi tertuju pada TV, tanganku iseng-iseng memeluk pinggang Cintya. Tak mengerti Cintya terlalu memperhatikan filem hingga tangannya tak menepis sewaktu tanganku memeluk badannya yg padat. Dia malah memegang rambutku, dan membiarkan kepalaqu bersandar di pundaknya. Terkadang kalo pas iklan, Cintya pura-pura menepiskan tanganku agar perbuatanku tak dilihat Desi. Dan sewaktu filem diputar lagi, kulingkarkan tanganku kembali.
“I love you, honey….” Bisikku di telinganya. Cintya menoleh ke arahku dan tanpa sepengetahuan Desi, ia mendaratkan ciumannya ke pipiku. Oh my God, baru pertama kali aqu dicium seorang perempuan, tanpa aqu minta pula. Situasi seperti ini tiba-tiba membuat pikiranku jadi ngeres apalagi sewaktu Cintya meremas tanganku yg sewaktu itu masih melingkar di pinggangnya, dan matanya yg sayu sekilas menoleh ke arah Desi yg masih nongkrong di depan TV. Aman, pikirku.Apalagi ditambah ruangan yg cuma mengandalkan dari cahaya Tv, maka sesekali tanganku meremas buah dada Cintya. Cintya menggelinjang, sesekali menahan nafas. Lutut kanannya ditekuk, hingga sewaktu tangan kiriku masuk ke dalem daster bagian bawah yg agak terbuka dari tadi, sama sekali tak dikemengertii Desi. Mungkin ia konsen dgn filem, atau mungkin juga ia telah ngantuk karena kulihat dari tadi sesekali ia mengangguk seperti orang ketiduran. Ciumanku kini sedikit menggelora, menelusuri leher Cintya yg putih mulus sementara tangan kiriku menggesek-gesekkan perlahan kemaluan Cintya yg masih terbungkus celana dalem. Ia mendesah dan mukanya mendongak ke atas sewaktu kurasakan celana dalemnya mulai basah dan hangat. Mungkin ia merasakan kenikmatan, pikirku.Tanganku yg mulai basah oleh cairan kemaluan Cintya buru-buru kutarik dari dalem roknya, sewaktu tiba-tiba Desi bangkit dan melihat ke arah kami berdua. Kami bersikap seolah sedang konsen nonton juga.
“Aqu ngantuk. Tidur duluan ya….. nih remote-nya!” ujar Desi sambil menyerahkan remote TV pada Cintya. Desi kemudian masuk ke kamarnya dan mengunci pintu dari dalem. Aqu yg tadi agak gugup, bersorak girang sewaktu Desi cuma pamitan mau tidur. Aqu pikir dia setidaknya mengemengertii perbuatanku dgn Cintya. Bisa mati aqu. Cintya yg sedari tadi diam (mungkin karena gugup juga) matanya kini tertuju pada TV. Aqu mengerti dia juga pura-pura nonton, maka sewaktu badannya kupeluk dan bibirnya kucium dia malah membalas ciumanku.
“Kita jangan disini Say, nanti ketahuan….” Bisiknya diantara ciuman yg menggelora. Segera kubimbing tangan Cintya bangkit, setelah mematikan TV dan mengunci kamar Cintya, kuajak dia ke kamar sebelah yg kosong. Disini tempatnya aman karena setiap yg akan masuk ke kamar ini harus lewat pintu belakang atau depan. Jalan kami berjingkat supaya orang lain yg telah tertidur tak mendengar langkah-langkah kami atau sewaktu kami membuka dan menutup kunci dan pintu kamar tengah dgn perlahan.
Setelah kukunci dari dalem dan kunyalakan lampu kamar kuhampiri Cintya yg telah duduk di tepi ranjang.
“Aqu cinta kamu, Cintya…..” ujarku sewaktu aqu telah duduk disampingnya. Mata Cintya menatapku lekat.. Sejenak kulumat bibirnya perlahan dan Cintya pun membalas membuat lidah kami saling beradu. Nafas kami kembali makin memburu menahan rangsangan yg kian menggelora. Desahan bibirnya yg tipis makin mengundang birahi dan nafsuku. Kuturunkan ciumanku ke lehernya dan tangannya menarik rambutku. Nafasnya mendesah. Aqu mengerti dia telah terangsang, lalu kulepaskan kaosnya. Buah dadanya yg padat berisi ditutupi BH berwarna merah tua. Betapa putih kulitnya, mulus tak ada cacat. Kemudian bibir kami pun berciuman kembali sementara tanganku sibuk melepaskan tali pengikat BH, dan sesewaktu kemudian kedua buah dadanya yg telah mengeras itu kini tanpa ditutupi kain sehelai pun. Kuusap kedua putingnya, dan Cintya pun tersenyum manja.
“Ayo Yan, laqukanlah….” Ujarnya. Tak kusia-siakan kesempatan ini, dan mulai kujilati buah dadanya bergantian. Sementara tangan Cintya membantu tanganku melepaskan kemeja yg masih kukenakan. Kukecup putingnya hingga dadanya basah mengkilap. Betapa beruntungnya aqu bisa menikmati semua yg ada dibadannya. Tangan kananku yg nakal mulai merambah turun masuk ke dalem roknya, dan kugesek-gesekkan pelan di bibir kemaluannya. Cintya menggelinjang menahan nikmat, sesekali tangannya juga ikut digesek-gesekkan kesekitar kemaluannya sendiri.

Bibirnya mendesah menahan kenikmatan. Matanya terpejam, Sebentar kemudian kemaluannya mulai sedit basah. Dan kami pun mulai melepaskan celana kami masing-masing hingga badan kami benar-benar polos. Betapa indahnya badan Cintya, apalagi sewaktu kulihat kemaluannya yg terselip diantara kedua selangkangannya yg putih mulus.
“Wah.. punyamu oke Cintya, Ok’s banget…” ujarku terpana. Begitu mulus memang, ditambah dgn rambut-rambut lebat disekitar bagian sensitifnya.
“Kemaluanmu juga besar dan bertenaga. Aqu suka Yan….” Balasnya sambil tangannya mencubit pelan kemaluanku yg telah tegak dari tadi.
“Come on Honey….” Pintanya menggoda.
Aqu mengerti Cintya telah begitu terangsang maka kemudian kusuruh Cintya berbaring di atas kasur. Dan aqu baringkan badanku terbalik, kepalaqu berada di kakinya dan sebaliknya(posisi 69). Kucium ujung kakinya pelan dan kemudian ciumanku menuju hutan lebat yg ada diantara kedua selangkangannya. Kukecup pelan bibir kemaluannya yg telah basah, kujilat klitorisnya sementara mulut Cintya sibuk mengocok-ngocok kemaluanku. Bibir kemaluannya yg merah itu kulumat habis tak tersisa. Ehm, betapa nikmatnya punyamu Cintya, pikirku. Ciumanku terus menikmati klitoris Cintya, hingga sekitar kemaluannya makin basah oleh cairan yg keluar dari kemaluannya. Kedua jari tanganku aqu coba masukkan lubang kemaluannya dan kurasakan nafas Cintya mendesah pelan sewaktu jariku kutekan keluar masuk.
“Ahh… nikmat Yannn…ahhhh…” erangnya. Kugesek-gesekkan kedua jariku diantara bibir klitorisnya dan Cintya makin menahan nikmat. Selang 5 menit kemudian kuhentikan gesekkan tanganku, dan kulihat Cintya sedikit kecewa sewaktu aqu menghentikan permainan jariku.
“Jangan sedih Say, aqu masih punya permainan yg menarik, okay?”
“Oke. Sekarang aqu yg mengatur permainan ya?” ujarnya. Aqu mengangguk.Jujur saja, aqu lebih suka kalau perempuan yg agresif.Cintya pun bangkit, dan sementara badanku masih terbaring di atas kasur.
“Aqu di atas, kamu dibawah, okay? Tapi kamu jangan nusuk dulu ya Say?” Tanpa menunggu jawabanku badan Cintya menindih badanku dan tangan kanannnya membimbing kemaluanku yg telah berdiri tegak sedari tadi dan blessss…….ah,Cintya merasa bahagia sewaktu seluruh kemaluanku menembus kemaluannya dan terus masuk dan masuk menuju lubang kenikmatan yg paling dalem. Dia mengoyg-goygkan pantatnya dan sesekali gerakannya memutar, bergerak mundur maju membuat kemaluanku yg tertanam bergerak bebas menikmati ruang dalem “kemaluan”-nya. Cintya mendesah setiap kali pantatnya turun naik, merasakan peraduan dua senjata yg telah terbenam di dalem surga.Tanganku meremas kedua buah dada Cintya yg tadi terus menggelayut manja. Rambutnya dibiarkan tergerai diterpa angin dingin yg terselip diantara kehangatan malam yg kami rasakan sewaktu ini. Kubiarkan Cintya terus menikmati permainan ini. Sewaktu dia asyik dgn permainannya kulingkarkan tanganku dipinggangnya dan kuangkat badanku yg terbaring sedari tadi kemudian lidah kami pun beradu kembali.
“Andainya kita terus bersama seperti ini, betapa bahagianya hidupku ini Cintya ” bisikku pelan.
“Aqu juga, dan ku berharap kita selalu bersama selamanya..” Sepuluh menit berlalu, kulihat gesekan pinggang Cintya mulai lemah. Aqu mengerti kalau dia mulai kecapekan dan aqu yg mengambil inisiatif serangan. Kutekan naik turun pinggangku, sementara Cintya tetap bertahan diam. Dan suara cep-clep-clep… setiap kali kemaluanku keluar masuk kemaluannya.
“Ahh terusss Yannnnn….terusss…nikmattttt…ahh…ahhhh….” cuma kalimat itu yg keluar dari mulut Cintya, dan aqu pun makin menggencarkan seranganku. Ingin kulibas habis semua yg ada dalem kemaluannya. Suara ranjang berderit, menambah hot permainan yg sedang kami laqukan. Kutarik badan Cintya tanpa melepaskan kemaluanku yg sedang berlabuh dalem kemaluannya dan kusuruh dia berdiri agar kami melaqukan gerakan sex sambil berdiri.
“Kamu punya banyak style ya say?” katanya menggoda.
“Iya dong, demi kepuasan kamu juga” jawabku sambil mulai menggesek-gesekan pebisku kembali.
“Ahh teruss…terusss……” desah Cintya sewaktu kemaluanku berulang kali menerobos kemaluannya. Kupeluk badan Cintya erat sementara jari tangan kirinya membelai lembut rambut-rambut kemaluannya, dan sesekali membantu kemaluanku masuk kembali setiap kali terlepas. Keringat membasahi badan kami. Lehernya yg mulus kucium pelan, sementara nafas kami mulai berdegup kencang.


“Yan, keteteran nih, mau klimaks. Jangan curang dong….”
“Oke, tahan dulu Cintya” dan kucabut batang kemaluanku yg telah basah sedari tadi. Kusuruh Cintya nungging di ranjang, sementara tanganku mengarahkan kemaluanku yg telah siap masuk kembali. Dan kumasukkan sedikit demi sedikit hingga kemaluanku ambles semua ke dalem surga yg nikmat.
“Ah…tekan Yan…enaaaakkkkk…terusssss Yannn….” Erangnya manja setiap kali kemaluanku menari-nari di dalem kemaluannya. Tanganku memegang pinggangnya agar gerakanku teratur dan kemaluanku tak terlepas,.
“Ohh…nikmat sekali Yan….teruss….terusss……” desahnya. Betapa nikmatnya sewaktu-sewaktu seperti ini…dan terus kuulang sementara mulut kami mendesah merasakan kenikmatan yg teramat sangat setiap kali kemaluanku mempermaikan kemaluannya.
“Yan….aqu mo keluar nih…..udah ngga tahan….ahhh….ahhhh….” ujar Cintya tiba-tiba.
“Tahan Cin, aqu juga hampir sampai….” aqu menekan-nekan kemaluanku kian cepat,sehingga suara ranjang ikut berderit cepat.
Dan kurasakan otot-otot kemaluanku mengejang keras dan cairan air maniqu berkumpul dalem satu titik.
“Aqu keluar sekarang Cin….” kemaluanku kucabut dari lubang kemaluannya dan Cintyapun sesewaktu membalikkan badan dan menjulurkan lidahnya, mengocok-ngocok batang kemaluanku yg kemerahan dan sewaktu kurasakan aqu tak mampu menahan lagi kutaruh kemaluanku diantara kedua belah buah dadanya dan kedua tangan Cintya pun menggesek-gesekkan buah dadanya yg menjepit batang kemaluanku dan….croott…crooottt… air maniqu jatuh disekitar dada dan lehernya Sebagian tumpah diatas sprei. Cintya menjilati kemaluanku membersihkan sisa-sisa air maniqu yg masih ada.
“Kamu ternyata kuat juga Say, aqu hampir tak berdaya dihadapanmu” kubelai rambut Cintya yg sudak acak-acakan tak karuan.
“Aqu juga ngga nygka kamu sehebat ini Yan….”desahnya manja . Waktu telah menunjukkan setengah satu malam Dan setelah kami istirahat sekitar lima belas menit, kami memakai pakaian kami kembali dan membereskan tempat tidur yg telah berantakan. Dan tak lama kemudian kami pun pergi tidur dikamar masing-masing melepaskan rasa lelah setelah kami ‘bermain” tadi.

Begitulah kisahku dgn Cintya, setiap hari kami selalu melaqukannya setiap kali kami ingin dan ada kesempatan. Kami melaqukannya di kamar sebelah kalau malam hari, kamar kostku, atau bahkan dikamar mandi (sambi mandi bareng disewaktu rumah kost kosong cuma ada kami berdua). Hingga pada suatu hari Cintya harus pindah ke luar kota ikut kedua orang tuanya yg telah berbaikan lagi. Aqu benar-benar kehilangan dia, dan ingin kuterus bersamanya. Pernah beberapa kali kususul ke tempatnya yg baru dan kami melaqukannya berkali-kali di hotel tempat kami menginap. Tanggal 27 November 1998, tiba-tiba kuterima surat dari Cintya yg mengabarkan bahwa ia akan menikah dgn orang yg dipilihkan orang tuanya dan aqu benar-benar kehilangan dia….. Sekarang, setiap kali aqu melaqukan masturbasi, fantasiku selalu melayg mengingat sewaktu-sewaktu terindah kami melaqukan hubungan seks pertama kali dikamar sebelah itu. Ingin rasanya aqu ulangi sewaktu-sewaktu indah itu…

LigaCapsa

Mari uji HOKI anda di ligacs.com

❤️  ❤️

0 komentar: